a. Pakailah
pakaian yang sesuai dan nyaman untuk berolahraga. Misalnya kaos dan
training. Selain itu pakaian harus elastik, tidak menghambat gerakan,
serta dapat menyerap keringat.
b. Gunakan sepatu yang dilengkapi kaos kaki.
c. Istirahatlah dalam setiap seri.
d. Hindari penggunaan beban yang terlalu berat, terutama pada pemula.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu memerhatikan beberapa hal berikut, antara lain sebagai berikut.
a. Lakukan pemanasan yang cukup pada otot-otot yang akan dilatih (warming up), sebelum memulai latihan.
b. Prinsip latihan peningkatan beban secara sistematis dan terencana (overload system).
c. Pergunakan beban sesuai kemampuan.
d. Lakukan
setiap gerakan dengan repetisi dan set yang benar. Repetisi adalah
jumlah ulangan angkatan pada saat mengangkat beban, sedangkan set adalah
jumlah setiap ulangan.
e. Setiap bentuk latihan harus dilakukan dalam ruang gerak yang luas.
f. Harus mendapat pengawasan dan bantuan dari instruktur yang berpengalaman.
g. Lakukan pendinginan (cooling down) setelah berlatih.
Ada sistem latihan yang harus diperhatikan saat melakukan latihan beban, antara lain sebagai berikut.
a. Sistem set (set system). Sistem latihan ini dilakukan dengan menggunakan 8 s/d 12 repetisi sebanyak 3 set.
b. Sistem
superset (superset system), pelaksanaannya dilakukan dengan cara setiap
bentuk latihan disusul dengan bentuk latihan antagonisnya, misalnya
latihan biceps, kemudian latihan triceps (otot lengan).
2. Latihan Kecepatan
Latihan
kecepatan (speed training) diberikan dalam bentuk latihan lari dan
sekaligus dengan latihan reaksi. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam melatih komponen kecepatan, antara lain sebagai berikut.
a. Lakukan pada awal dari suatu unit latihan, pada saat otot-otot masih kuat.
b. Intensitas latihan pada tingkat sub-maksimal atau maksimal.
c. Jarak antara 30–80 meter dianggap jarak yang baik untuk pembinaan kecepatan secara umum.
d. Jumlah pengulangan antara 10–16 kali dan terdiri atas 3–4 seri.
e. Untuk
kecepatan daya ledak (explosive speed) dapat dilatih dengan penambahan
beban yang tidak lebih dari 20% dari beban maksimal.
f. Waktu istirahat antara pengulangan (repetition) 1–3 menit, waktu istirahat antarseri sampai 6 menit.
Bentuk
latihan kecepatan reaksi dapat dilakukan dengan berbagai
rangsangan-rangsangan luar, seperti: tepukan tangan, bunyi peluit, atau
suara sebagai aba-aba untuk mulai yang sekaligus juga melatih reaksi
pemain.
Latihan daya
tahan (endurance training) merupakan latihan untuk bekerja atau
berlatih dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan. Daya tahan
otot (muscular endurance) dapat dilakukan dengan latihan yang melibatkan
satu otot pada tubuh. Caranya dengan melakukan suatu gerakan
berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama. Untuk melatih daya tahan
otot biceps, latihan yang dilakukan adalah dengan mengangkat beban
(dumble) ringan. Dilakukan sebanyak lebih dari 20 ulangan dengan beban
kira-kira 10–15 kg.
Selain itu,
untuk melatih daya tahan jantung dan paru-paru (general endurance)
biasanya dengan melakukan latihan yang bersifat aerobik, yaitu latihan
yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Banyak kegiatan dalam
membina daya tahan yang dapat dilakukan, diantaranya lari lintas alam
(cross country), fartlek (speed play), circuit training, dan interval
training.
a. Lari Lintas Alam
Lari lintas
alam merupakan salah satu nomor lari jarak jauh yang dilakukan di alam
terbuka, seperti jalan raya, pegunungan, pemukiman, atau hutan. Teknik
lari lintas alam memiliki dasar yang sama dengan teknik lari jarak jauh
(marathon). Jarak tempuh dan waktu berlari harus dapat terukur dengan
baik sehingga dapat dipantau tingkat perkembangan dalam rangka
penambahan beban atau kualitas latihan.
b. Fartlek
Fartlek atau
biasa disebut speed play merupakan salah satu bentuk latihan untuk
peningkatan daya tahan. Latihan ini mengombinasikan berbagai bentuk atau
jenis lari lambat, cepat berkelok-kelok, lompat atau loncat.
c. Circuit Training
Circuit
training adalah latihan yang dilakukan dengan membentuk beberapa pos
latihan. Setiap pos memiliki satu bentuk latihan dengan fungsi dan
tujuan tertentu. Tujuan dari circuit training pada dasarnya adalah
mengombinasikan beberapa bentuk latihan untuk meningkatkan beberapa
komponen fisik secara bertahap dan berkesinambungan. Circuit training
dapat dilakukan di lapangan, alam bebas, atau menggunakan mesin untuk
latihan beban.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam circuit training adalah sebagai berikut.
1) jarak yang ditempuh
2) bobot atau beban latihan
3) variasi berat dan ringan antar pos
4) keterlibatan otot (otot besar, otot kecil, otot badan atas, otot badan bawah)
5) waktu melakukan gerakan atau latihan
6) komponen fisik yang dilatih (misalnya kecepatan atau kelincahan)
7) jumlah pengulangan latihan.
Berikut bentuk latihan circuit training dengan tujuan pos.
1) Pos 1 melakukan latihan bermain lompat tali (skipping) selama 40 detik.
2) Pos 2 lari bolak-balik (suttle run) dengan jarak 5 meter sebanyak 8 kali.
3) Pos 3 push up sebanyak 20 kali.
4) Pos 4 sit up sebanyak 30 kali.
5) Pos 5 back up sebanyak 30 kali.
6) Pos 6 squat jump sebanyak 30 kali.
7) Pos 7 squat thrust sebanyak 30 kali.
d. Interval Training
Interval training adalah bentuk latihan dengan memerlukan faktor-faktor berikut.
1) Menetapkan jarak yang akan ditempuh. Misalkan 200, 400, atau 800 meter bergantung kemampuan siswa.
2) Menentukan pengulangan lari. Misalnya 400 meter sebanyak 5 kali.
3) Menetapkan tempo atau ritme kecepatan berlari (detik/menit).
4)
Menetapkan istirahat atau interval. Waktu istirahat antarulangan lari
ditetapkan selama beberapa detik atau menit. Istirahat dilakukan dengan
jalan pelan-pelan, jogging, senam ringan, dan mengatur napas.
Latihan
kelenturan (flexibility training) dapat dikembangkan menjadi dua bentuk
latihan, yaitu peregangan dinamis dan peregangan statis.
a. Peregangan Dinamis
Peregangan
dinamis dilakukan dengan menggerakkan anggota tubuh secara berirama atau
dengan gerakan memantulmantulkannya (bouncing).
Contoh peregangan dinamis adalah sebagai berikut.
1) Duduk
selonjor dengan kedua kaki lurus, usahakan untuk mencapai ujung jari
kaki dengan jari-jari tangan, sambil melakukan gerakan merenggut
pinggang.
2) Duduk dengan sikap “lari gawang”. Kaki kiri lurus ke depan, kaki kanan dilipat ke belakang.
3) Berbaring terlungkup, tangan dilipat ke depan dada. Angkat kepala dan dada secara berulang-ulang setinggi mungkin ke atas.
4) Sikap jongkok, kedua tangan bertumpu di lantai. Lemparkan kaki lurus ke belakang secara bergantian kiri dan kanan.
5) Berdiri
kangkang kedua tangan direntangkan ke samping. Bungkukkan badan sambil
tangan kanan menyentuh ujung kaki kiri, kembali ke sikap semula.
b. Peregangan Statis
Peregangan
statis dilakukan dengan meregangkan tubuh atau anggota tubuh, dan
mempertahankan sikap tersebut tanpa bergerak (static) untuk beberapa
saat.
Contoh peregangan statis adalah sebagai berikut.
1) Berdiri
dengan kedua kaki rapat. Bungkukkan badan sehingga jari tangan menyentuh
lantai. Pertahankan sikap ini tanpa bergerak (static) selama 20–30
detik.
2) Berdiri
dengan kaki kangkang lebar. Bungkukkan badan sehingga kedua telapak
tangan bertumpu di lantai. Pertahankan sikap ini selama 20-30 detik.
3) Duduk
bersila dengan telapak kaki bertemu. Tarik tumit ke arah dalam dengan
kedua tangan. Pertahankan sikap ini selama 20-30 detik.
4) Duduk dengan satu kaki lurus ke depan, kaki lainnya dilipat. Kedua tangan memegang pergelangan kaki yang lurus.