Menurut Supariasa, Bachyar Bakri,
dan Ibnu Fajar (2002: 18) Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari natriture
dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari
keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan
zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat
gizi dalam seluruh tubuh.
Status gizi merupakan gambaran tentang keseimbangan tubuh dan kebutuhan
makanan yang dikonsumsi tubuh dan dapat diperoleh melalui proses yang berkenaan
dengan pemeliharaan dan perbaikan organ tubuh.
Status gizi yaitu keadaan kesehatan seseorang sebagai refleksi dari
konsumsi pangan dan penggunaannya oleh tubuh.
Menurut Suhardjo yang dikutip oleh Rina Kusumawati (2010: 3) Status gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi,
yang dapat dibedakan status gizi buruk, kurang, baik dan lebih.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Status Gizi
Menurut Sunita Almatsier yang
dikutip oleh Tri Sugandhi (2006: 12) Status gizi dipengaruhi oleh
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi
dalam tubuh. Apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Masalah gizi yang sering dijumpai adalah tentang kekurangan mengonsumsi
makanan dan zat gizi di dalam tubuh. Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(Persagi) pada tahun 1990, telah merumuskan faktor kekurangan gizi
menyebabkan gizi kurang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan
tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan
tersedianya bahan makanan.
Agus Krisno Budianto (2009: 8-13) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi status gizi seseorang, yaitu:
1. Produk Makanan (Jumlah dan Jenis
Makanan)
Jumlah macam makanan dan jenis serta
banyaknya bahan makanan dalam pola makan di suatu daerah tertentu biasanya
berkembang dari makanan setempat atau dari bahan makanan yang ditanam di daerah
tersebut dalam jangka waktu yang panjang.
2. Pembagian Makanan atau Pangan
Secara tradisional, dibeberapa
daerah kepala keluarga mempunyai prioritas utama jumlah dan jenis makanan
tertentu dalam keluarga.
3. Akseptabilitas (Daya Terima)
Akseptabilitas ini menyangkut
penerimaan atau penolakan terhadap makanan yang terkait dengan cara memilih dan
menyajikan makanan. Sebagai contoh banyak penduduk makan nasi tiwul atau
nasi jagung jika beras tidak dapat diperolehnya atau sebaliknya.
4. Prasangka Buruk pada Makanan
Tertentu
Janganlah berprasangka buruk
terhadap makanan yang dapat merugikan tubuh. Contoh daging merah yang dapat
membuat tubuh merasa lemas, karena untuk mencernanya tubuh memerlukan energi
yang besar.
5. Pantangan pada Makanan Tertentu
Makanan yang dipandang pantas untuk
dimakan, ini diketahui banyak pantangan, tahayul, dan larangan yang beragam
yang berdasarkan pada kebudayaan.
6. Kesukaan pada Jenis Makanan
Tertentu
Dalam pemenuhan makanan apabila
berdasarkan pada makanan kesukaan saja, akan berakibat pemenuhan gizi akan
menurun atau sebaliknya akan berlebih. Contohnya apabila kesukaan seseorang
terhadap lele, setiap hari akan berusaha makan dengan lauk lele.
7. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan seseorang tidak
berdasarkan atas keperluan fisik akan zat-zat gizi yang terkandung dalam
makanan, akan tetapi kebiasaan ini berasal dari pola makan yang didasarkan pada
budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh anggota keluarga.
8. Selera Makan
Selera makan juga dapat memengaruhi
dalam pemenuhan kebutuhan gizi untuk energi dan pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatannya. Selera makan ini dipacu oleh sistem tubuh karena
lapar, selain itu selera makan juga dipacu oleh pengolahan makanan dan
penyajian makanan.
9. Sanitasi Makanan (Penyiapan,
Penyajian, dan Penyimpanan)
Dalam penyiapan, penyajian, dan
penyimpanan hendaknya jangan sampai kadar gizi yang terkandung dalam
makanan tersebut tercemar atau tidak higienis yang dapat menimbulkan penyakit.
10. Pengetahuan Gizi
Kurangnya pengetahuan dan salah
persepsi tentang kebutuhan gizi dan nilai makanan tersebut juga sangat
mempengaruhi bagi pertumuhan dan perkembangan.
Fungsi Gizi
Berdasarkan fungsinya, tubuh manusia
memerlukan zat gizi untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan
fisik sehari-hari atau sebagai zat tenaga, untuk proses tumbuh
kembang pada anak, penggantian jaringan tubuh yang rusak atau sebagai zat
pembangun, serta untuk mengatur semua fungsi tubuh dan melindungi tubuh dari
penyakit atau sebagai zat pengatur.
Menurut Supariasa, Bachyar Bakrie,
dan Ibnu Fajar (2002: 17) Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi.
Setelah kita mengetahui apa itu status gizi?, faktor yang
mempengaruhi status gizi dan fungsi gizi. Alangkah baiknya jika kita
memperhatikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari supaya menjadi lebih
berkualitas. Jangan sampai makanan yang kita makan tidak memenuhi standar
kebutuhan gizi untuk tubuh melakukan aktivitas sehari-hari.
Penyebab Darah Kental dalam Tubuh
Referensi
- Agus Krisno Budianto. (2009).
Gizi dan Kesehatan. Malang: Bayu Media dan UMM Press.
- Rina Kusumawati. (2010).
Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gizi dengan Status Gizi Siswa