Emosi
adalah salah
satu unsur yang membentuk kepribadian manusia yang sangat berharga. Boleh
dikata ini unsur yang berdiri sendiri, tapi juga sangat dipengaruhi pola
pikir. Emosi sudah terbentuk sejak manusia dilahirkan. Seorang bayi
yang lahir ke dunia merasa tidak nyaman dengan keadaan dunia yang tidak
senyaman dalam kandungan ibunya. Maka, ia langsung menangis
sekeras-kerasnya. Bila ada suatu rangsangan yang menyakiri dirinya, atau
ia merasa lapar, bayi itu langsung menangis meronta-ronta. Sesudah besar,
pikiran semakin mempengaruhi emosinya. Bila ia memperoleh apa yang ia
inginkan, pikirannya puas, emosinya pun bahagia. Tapi bisa pikirannya
mengharapkan sesusatu dan terbentur suatu hal, emosinya pun kecewa, frustasi,
sedih atau marah. Maka dapatlah dikatakan bahwa mengendalikan emosi
sesungguhnya adalah mengendalikan pikiran kita karena sampai batas tertentu
pikiran bisa menguasai emosi. Yang menjadi problem adalah seringkali
emosi tak bisa dikendalikan oleh pikiran kita, meskipun kita ingin sekali
menguasai atau mengelolanya. Disinilah kadang emosi bergerak sendiri,
sesuai karakter, sifat dan kepribadian.
Para
ahli seperti Fehr dan Russel menyatakan bahwa “Setiap orang tahu apa itu emosi,
sampai dia diminta untuk memberikan definisi tentang emosi itu sendiri, setelah
itu tidak seorangpun dari mereka yang mengetahuinya”. Ketika kita
menggunakan istilah tersebut, emosi merupakan sebuah pengalaman rasa.
Kita merasakan
adanya emosi, kita tidak sekedar memikirkannya. Ketika seseorang
mengatakan atau melakukan sesuatu yang secara pribadi penting untuk kita, maka
emosi kita akan meresponsnya, biasanya diikuti dengan pikiran yang ada
hubungannya dengan perkataan tersebut, perubahan psikis, dan hasrat untuk melakukan sesuatu.
Bila ada seorang teman yang semena-mena menyuruh kita melakukan sesuatu, psikis
kita mengalami perubahan, tekanan darah kita meninggi karena terpacu adrenalin,
dan kita siap untuk marah.
Emosi
itu bisa menjadi positif, tetapi bisa juga menjadi negatif. Emosi yang
psoitif secara personal menghasilkan perasaan yang menyenangkan. Apakah
itu bangga, harapan, kelegaan, emosi ini akan menghasilkan seseuatu yang baik
pula. Dalam interaksi dengan orang lain, emosi yang positif bisa
membangun kedekatan,
sebuah hubungan yang ditandai dengan keinginan baik, pemahaman, dan perasaan
menjadi bagian dari sebuah “kebersamaan”. Sebaliknya, perasaan marah,
frustasi, dan emosi-emosi negatif lainnya secara personal menghasilkan perasaan
susah, kecewa, sakit hati, atau marah. Emosi-emosi ini kecil kemungkinannya
digunakan untuk membangun kedekatan.
Emosi
bisa mengalihkan perhatian dari persoalan poko yang akan dibicarakan.
Emosi bisa menghancurkan hubungan. Emosi bisa mengeksploitasi kita.
Sebaliknya, emosi positif bisa mempermudah terpenuhinya beberapa kepentingan
sunstantif. Emosi positif dapat memperrat hubungan. Emosi positif
tidak akan menambah resiko bahwa kita akan dieksploitasi.
Mematikan
emosi adalah suatu hal yang mustahil karena emosi itu adalah suatu hal yang
alamiah. Demikian juga menghilangkan emosi. Emosi muncul sebagai reaksi atau respons manusia terhadap
suatu rangsang eksternal maupun internal. Setiap rangsangan akan mendapat
reaksi dari
kita. Namun ada titik-titik waktu yang bisa kita pikirkan bagaimana
bentuk reaksi yang kita ambil, inilah yang disebut respons, bentuk bentuk reaksi emosi yang
sudah diatur oleh pikiran dengan pertimbangan yang bijak. Tentunya emosi
yang timbul adalah emosi yang positif dan menguntungkan semua pihak, bukan
emosi yang merusakkan segalanya.
Dengan
demikian, lebih baik perhatian kita arahkan kepada apa-apa yang membangkitkan
reaksi emosi-emosi tertentu. Perhatian utama adalah keinginan manusia
yang penting dalam semua hubungan antar manusia. Keinginan itu seringkali
tidak terucapkan, tetapi tidak kalah pentingnya jika dibandingkan dengan
ketertarikan yang tampak. Keinginan utama itu memberikan kerangka yang
sangat kuat kepada kita untuk mengatasi emosi tanpa mendapatkan masalah
dengannya. Ada lima keinginan yang merangsang, baik maupun buruk,
munculnya sebagai emosi dalam sebuah interaksi manusia. 5 (lima)
keinginan itu adalah apresiasi,
afiliasi, otonomi, status, dan peran. Kalau kita mampu
menangani semua itu dengan efektif, kita bisa merangsang munculnya emosi-emosi
yang positif baik di dalam diri kita sendiri maupun pada orang lain.
Karena setiap orang memiliki keinginan itu, maka kita bisa secara langsung
memanfaatknannya untuk merangsang munculnya emosi-emosi positif.